Lagu Nasional

NYIUR HIJAU

Powered by mp3crop.com
0

Arsitektur Dua Musim dan Empat Musim

Pembuka 


Seperti halnya manusia yang lahir di berbagai tempat di muka bumi, arsitektur lahir di tiap jengkal muka bumi ini. Perwajahan dan perkembangan suatu arsitektur erat hubungannya dengan dimana ia ‘dilahirkan’. Alam sekitar, budaya, dan kebiasaan masyarakat sekitar menjadi beberapa faktor penentu bagaimana rupa suatu arsitektur.
 Arsitektur mempengaruhi lingkungan, lingkungan mempengaruhi arsitektur.  Arsitektur bisa menjadi harmonis dengan alam. Arsitektur juga bisa menjadi bagian dari alam meski dengan mengkontraskan dirinya. Namun,  arsitektur juga berhak mengabaikan alam dan tempatnya ‘dilahirkan’. Alam boleh saja mempengaruhi suatu arsitektur, tapi tidak selalu arsitektur mengacuhkan alam. Yang dimaksud mengabaikan yakni tidak menjadikan hal tersebut sebagai komponen perancangan.[1]
Terdengar egois memang. Namun, begitulah arsitektur. Di sanalah ego sang arsitek mulai bermain dan mendominasi. Seorang arsitek berhak menentukan bagaimana ia mendandani karya arsitekturnya. Namun, perlu diingat bahwa keberhasilan suatu karya bukan semata karena estetikanya saja. Namun, perlu dipertimbangkan aspek etika dan logika. Salah satunya berkenaan dengan kenyamanan penghuni dan pengaruh arsitektur itu terhadap lingkungan sekitarnya.  Sehingga, diperlukan adanya adaptasi antara lingkungan dan arsitektur.
Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam adaptasinya yakni iklim. Iklim merupakan perubahan kondisi cuaca yang relatif tetap dan secara berkala karena pengaruh perputaran bumi. Iklim ditentukan oleh letak geografis.[2]
Adapun iklim dibagi menjadi :
1.       Iklim tropis (memiliki 2 musim)
2.       Iklim subtropis (memiliki 4 musim)
3.       Iklim sedang (memiliki 4 musim)
4.       Iklim dingin (memiliki 4 musim)

2 MUSIM vs 4 MUSIM
Secara garis besar, arsitektur dapat dikelompokkan menjadi arsitektur 2 musim dan 4 musim. Hal ini utamanya dibedakan menurut kedudukan matahari. [3]
Di daerah 2 musim, suhu dingin dan panasnya tidak berpotensi mematikan. Suhu terendahnya saja hanya mencapai 10 derajat celcius. Sehingga, potensi matahari yang dibutuhkan hanya terang dan bayangannya saja. Namun, terang ini dibutuhkan untuk menerangi kolong, halaman, dan teras, bukan untuk bagian dalam bangunan. Proporsi siang dan malam relative seimbang. Perlu diketahui bahwa masyarakat 2 musim cenderung beraktivitas di luar ruangan. Sehingga,  hal yang paling diperlukan yakni kesejukan angin. Diperlukan banyak bukaan, ventilasi, dan ruang udara dari arsitekturnya. Elemen-elemen bangunan yang diperlukan mencakup atap, geladak, dan kerei. Hal ini menandakan bahwa arsitektur di daerah 2 musim dapat dianalogikan seperti topi atau payung yang hanya berfungsi sebagai naungan. Bila hari panas, manusia tidak terpapar terik matahari, dan bila hujan, manusia tidak terkena rintikan air hujan. Selain itu, arsitektur berfungsi sebagai pelindung dari serangga, seperti nyamuk, lalat, dll.
Sedangkan di daerah 4 musim, suhu dingin dan panasnya berpotensi mematikan. Suhu terendahnya bisa mencapai -60 derajat celcius. Sedangkan di daerah panas, seperti gurun pasir, kelembabannya bernilai nol, sehingga tubuh dengan cepat mengalami penguapan. Hal ini dapat mengakibatkan dehidrasi. Potensi matahari dibutuhkan untuk menerangi dan menghangatkan ruangan. Elemen-elemen bangunan yang diperlukan yakni pondasi, lantai, dinding, dan atap. Bangunan 4 musim memang dibuat dengan mengkesampingkan unsur tetangga, hingga berkesan terisolir dan tertutup rapat. Hal ini menjadikan arsitektur sebagai hal yang begitu esensialnya bagi penghuni. Sehingga, arsitektur di daerah 4 musim dapat dianalogikan seperti pakaian kedua yang melindungi tubuh dari keganasan suhu. Hal ini memunculkan suatu paradigma bahwa “rumahku adalah keabadian yang seindah-indahnya, sekuat-kuatnya, sefungsional-fungsionalnya.”[4]

ARSITEKTUR MENURUT LE CORBUSIER
“Arsitektur tidak lebih dari permainan terang dan gelap, serta sinar dan bayangan.”
(Charles Edouard Jeanneret “Le Corbusier”)[5]

Pembeda dasar adanya daerah 2 musim dengan 4 musim yakni kedudukan bumi terhadap matahari. Lintasan revolusi bumi hanya berkisar antara koordinat 23,5 derajat LU (Lintang Utara) sampai dengan 23,5 derajat LS (Lintang Selatan). Sehingga, pergantian musim terjadi karena adanya perubahan posisi matahari.
Dalam kasus daerah 4 musim, tidak akan pernah sisi utara bangunan mendapatkan terang matahari bila bangunan berada di atas koordinat 23,5 derajat LU. Di koordinat ini, sisi selatan bangunan akan selalu mendapatkan terang. Begitu pula sebaliknya jika bangunan terletak pada koordinat 23,5 derajat LS). Sisi selatan bangunan akan selalu gelap, sedangkan sisi utara akan mendapatkan terang.
Dalam kasus daerah 2 musim, matahari senantiasa memberikan terangnya baik di sisi utara-selatan, maupun timur-barat.
Kesimpulannya, daerah 2 musim memiliki 4 sisi yang terkena bayangan dan terang matahari. 4 sisi itu meliputi utara, timur, selatan, barat. Sedangkan pada daerah 4 musim hanya memiliki 3 sisi yang terkena bayangan dan terang matahari. 3 sisi itu meliputi utara/selatan, timur, barat.

VITRUVIUS vs MANGUNWIJAYA
            VITRUVIUS
Vitruvius,sebagai salah satu tokoh arsitektur 4 musim, mengemukakan bahwa arsitektur memiliki 3 unsur, yakni Firmitas, Utilitas, dan Venustas.

      MANGUNWIJAYA
Mangunwijaya, sebagai salah satu tokoh arsitektur 2 musim, mengemukakan bahwa arsitektur memiliki 2 unsur, yakni Citra dan Guna. Hal ini dirasa cukup mengingat daerah 2 musim memiliki potensi gempa, sehingga kekokohan bangunan bukan hal yang esensial dalam arsitektur 2 musim.[6] Cukup bagaimana bangunan itu bisa “menari bersama gempa.”[7]




[1] Kuliah Asas Perancangan Arsitektur oleh Prof. Dr. Ir. Josef P, M.T. tanggal 25 September 2012
[2] Kuliah AsasPerancangan Arsitektur oleh Nur Endah Nuffida, S.T., M.T. tanggal 2 Oktober 2012
[3] Kuliah Arsitektur Barat dan Asia oleh Prof. Dr. Ir. Josef P., M.T. tanggal 11 Sepetmber 2012
[4] Kuliah Arsitektur Barat dan Asia oleh Prof. Dr. Ir. Josef P., M.T. tanggal 18 September 2012.
[5] Kuliah Arsitektur Barat dan Asia oleh Prof. Dr. Ir. Josef P., M.T. tanggal 11 September 2012
[6] Kuliah Asas Perancangan Arsitektur oleh Prof. Dr. Ir. Josef P., M.T. tanggal 25 September 2012.
[7] Kuliah Arsitektur Barat dan Asia oleh Prof. Dr. Ir. Josef P., M.T. tanggal 11 September 2012


Pengertian Iklim

dunianyasari.blogspot.com
                Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama serta melingkupi wilayah yang luas. Pengertian lain menyebutkan bahwa iklim adalah perubahan kondisi cuaca yang relatif tetap dan secara berkala karena pengaruh perputaran (evolusi) bumi. Sehingga bisa disimpulkan, iklim adalah keadaan cuaca yang melingkupi berbagai wilayah di permukaan bumi dengan keadaan yang relatif tetap berdasarkan kedudukan wilayah tersebut serta berkaitan erat dengan letak garis lintang dan ketinggian.
                Berdasarkan letak garis lintang dan ketinggian, maka iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim matahari dan iklim fisis.
Iklim matahari adalah iklim yang didasarkan pada banyak sedikitnya matahari yang jatuh pada wilayah tersebut. Iklim matahari terbagi menjadi empat, yaitu :

1)
Iklim Tropis
Iklim tropis terletak antara 0° – 231/2° LU/LS dan hampir 40 % dari permukaan bumi.
Ciri-ciri iklim tropis adalah sebagai berikut: Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata suhu tahunannya mencapai 30°C.
·         Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa antara 1 – 5°C, sedangkan ampitudo hariannya lebih besar.
·         Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.
·         Hujan banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain di dunia.
2)
Iklim Sub Tropis
Iklim sub tropis terletak antara 231/2° – 40°LU/LS. Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang.
Ciri-ciri iklim sub tropis adalah sebagai berikut:
·         Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari daerah iklim tropis ke iklim sedang.
·         Terdapat empat musim, yaitu musim panas, dingin, gugur, dan semi. Tetapi musim dingin pada iklim ini tidak terlalu dingin. Begitu pula dengan musim panas tidak terlalu panas.
·         Suhu sepanjang tahun menyenangkan. Maksudnya tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
·         Daerah sub tropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim panasnya kering disebut daerah iklim Mediterania, dan jika hujan jatuh pada musim panas dan musim dinginnya kering disebut daerah iklim Tiongkok.
3)
Iklim Sedang
Iklim sedang terletak antara 40°- 661/2° LU/LS. Ciri-ciri iklim sedang adalah sebagai berikut:
·         Banyak terdapat gerakan-gerakan udara siklonal, tekanan udara yang sering berubah-ubah, arah angin yang bertiup berubah-ubah tidak menentu, dan sering terjadi badai secara tiba-tiba.
·         Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian lebih kecil dibandingkan dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis.
4)
Iklim Dingin (Kutub)
Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula sebagai iklim kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es.
Ciri-ciri iklim tundra adalah sebagai berikut:
·         Musim dingin berlangsung lama
·         Musim panas yang sejuk berlangsung singkat.
·         Udaranya kering.
·         Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun.
·         Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju.
·         Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat mencairnya es di permukaan tanah.
·         Vegetasinya jenis lumut-lumutan dan semak-semak.
·         Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greenland, dan pantai utara Siberia.
Sedangkan ciri-ciri iklim es atau iklim kutub adalah sebagai berikut:
• Suhu terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat salju abadi.
• Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah hijau) dan Antartika di kutub selatan.
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=138&fname=geo109_13.htm


Sedangkan iklim fisis, adalah iklim yang dihasilkan berdasarkan fakta dan keadaan sesungguhnya pada wilayah tersebut sebagai hasil pengaruh lingkungan alamnya. Iklim fisis ini terbagi lagi menjadi iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi, iklim gunung/pegunungan dan iklim musim (muson). 
                Lebih umumnya, paparan diatas dapat disebut dengan iklim makro dan iklim mikro. Iklim makro memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan iklim di berbagai wilayah di seperti telah dipaparkan pada tabel pembagian iklim matahari. Beberapa unsur utama dalam pembentuk iklim makro antara lain
1.       Suhu udara
2.       Kelembaban
3.       Angin
4.       Curah hujan
5.       Radiasi matahari

Sedangkan iklim fisis sendiri sedikit banyak memiliki hubungan dengan iklim mikro dimana iklim mikro memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan (fisik) dan kenyamanan (rasa). Contohnya adalah perbedaan letak ketinggian dataran antara kota Surabaya dan Malang. Perbedaan ketinggian ini selanjutnya akan menghasilkan perbedaan tekanan udara, suhu, dan kelembaban pada kedua wilayah tersebut walau secara makro kedua wilayah tersebut berada pada daerah iklim tropis.

Pengaruh Iklim terhadap Musim
                Keragaman iklim tentu akhirnya menghasilkan perbedaan musim. Sejauh ini wilayah bumi terbagi menjadi wilayah dengan dua musim dan wilayah dengan empat musim. Berbagai unsur yang mengakibatkan perbedaan dalam iklim makro tentu memiliki kaitan erat dengan terjadinya musim. Perbedaan itu antara lain :
2 MUSIM
4 MUSIM
Terdapat Musim kemarau dan Musim  Penghujan
Terdapat Musim panas, Musim dingin,     Musim gugur, dan Musim semi
Matahari bersinar +/- 12 jam tiap hari
Matahari bersinar < 12 jam atau > 12 jam
Perubahan suhu tidak esktrem
Perubahan suhu ekstrem
Kelembapan tinggi
Kelembapan rendah
Curah hujan tinggi
Curah hujan rendah
Matahari bersinar sepanjang tahun
Matahari tidak bersinar sepanjang tahun
Pengaruh Iklim terhadap Arsitektur
Iklim dan arsitektur adalah bagian dari sains bangunan dan sains arsitektur. Sains bangunan adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungannya. Bangunan dan shelter dalam hal ini berlaku sebagai perubah (modifier) lingkungan luar (outdoor environment) menjadi lingkungan dalam (indoor environment) yang mempunyai atau memenuhi syarat habitasi dan penghunian bagi manusia. So what nature give of uncomfortable can be corrected by art. (Vitruvius, De Architectura, 20 B.C).
Dalam arsitektur, iklim merupakan tantangan yang harus diselesaikan, karena ia dapat menjadi potensi yang dapat menunjang kenikmatan dan kenyamanan yang tentu dapat kita manfaatkan dan kita gunakan semaksimal mungkin, ia juga dapat menjadi hambatan atau gangguan dalam menciptakan kenyamanan dan kenikmatan, yang tentu harus kita tanggulangi.
Sebelum kita merancang mungkin perlu kita mengkaji atau mempelajari rancangan lain yang telah jadi, yang telah dibuat oleh         perancang atau arsitek pendahulu kita. Hal ini sangat baik untuk menambah pengetahuan dan pengalaman kita, serta sangat berguna sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan. Demikian juga dengan mempelajari masalah iklim dan segala aspeknya dalam perancangan arsitektur. Pada setiap rancangan minimal memenuhi kenyamanan perorangan, struktural, fungsional, serta selera (kenikmatan fisik). Iklim sangat mempengaruhi hal-hal tersebut, oleh karenanya setiap karya arsitektur harus dapat memanfaatkan sebesar-besarnya iklim yang ada pada lingkungan atau tempat karya arsitektur tersebut berdiri, dalam memenuhi tuntutan tersebut.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain:
- iklim setempat
- lingkungan panas, suara dan penerangan
- manusia dan cara habitasinya
- sistem lay-out bangunan
- bentuk bangunan
- sistem konstruksi bangunan
- pemilihan material bangunan
 Selain itu, terdapat pula berbagai problem yang membatasi desain dalam perancangan bangunan. Beberapa masalah umum yang kerap menimpa dalam bangunan yang berdiri di iklim tropik anatara lain :
1.       Panas bangunan tidak menyenangkan
2.       Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat
3.       Perlu perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan, dan serangga

       Dan permasalahan yang kerap  menimpa bangunan yang berdiri di iklim sedang adalah :
1.       Panas yang berada dalam suhu nyaman
2.       Penguapan tinggi karena gerakan udara cepat
3.       Perlu perlindungan terhadap perubahan suhu yang ekstrem

 Beberapa permasalahan diatas dapat diatasi dengan strategi sebagai berikut :
                 Iklim Tropik
                Iklim Sedang
Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antar masing-masing bangunan untuk menjamin sirkulasi udara yang baik
Bangunan sebaiknya tertutup dengan jarak yang rapat antar masing-masing bangunan
Orientasi bangunan adalah utara selatan untuk mencegah pemanasan matahari pada fasad
Orientasi bangunan adalah selatan untuk menangkap sinar matahari
Bangunan harus memiliki lebar yang cukup untuk mendapatkan ventilasi silang
Bangunan harus memiliki sekat yang banyak untuk membatasi pertukaran udara dalam dan luar
Ruang di sekitar bangunan harus diberi peneduh tetapi tidak mengganggu sirkulasi udara
Ruang di dalam bangunan diberi pemanas listrik atau perapian
Harus dipersiapkan saluran air hujan dari atap ke halaman
Tidak harus dipersiapkan saluran hujan karena jarangnya intensitas hujan
Bangunan ringan dengan daya serap panas yang rendah
Bangunan berat dengan daya serap panas tinggi