Lagu Nasional
0
Daftar Pustaka
GRHA SEPULUH NOPEMBER
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA - JAWA TIMUR
http://catatanhariansinabil.files.wordpress.com/2011/09/graha-its.jpg 11Nopember 2012 15.30 |
Gedung ini adalah salah
satu gedung yang menjadi ikon di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Berikut adalah analisa tentang struktur dan konstruksi dari banguan tersebut.
Dok. Pribadi |
Berdasarkan
Penelitian yang telah kami lakukan di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa Struktur
rangka atap utama gedung graha 10 Nopember ITS ini menggunakan Struktur Rangka
Ruang (Space Frame) dengan grid heksagonal, materialnya berupa pipa besi/tabung.
Koneksi antara pipa besi/tabung ini menggunakan Koneksi Thread/Ball Joint. Struktur
Rangka ruang (Space Frame) adalah struktur pelat 3 dimensi dengan bentang yang
didasarkan pada kekakuan segitiga dan
tersusun dari elemen-elemen yang menahan tarikan atau tekanan aksial saja. Unit
spasial rangka ruang yang paling sederhana adalah tetrahedron yang mempunyai 4
sambungan dan 6 elemen structural
Struktur
bangunan graha ITS bagian depan ini menggunakan struktur Post and Beam, dimana
dalam struktur ini terdapat hubungan balok dan kolom yang tersusun dan terikat
satu sama lain. Pada bangunan depan graha ini sendiri bentuk kolom dibuat
membuka ke atas untuk dapat menahan balok di 4 titik berbeda, hal ini ditujukan
untuk pembebanan pada satu titik kolom.
Dok. Pribadi |
Gedung Graha 10
Nopember ini dibangun dengan struktur Post
and Beam seperti bagian depan bangunannya sendiri, hal ini pertama kali
ditunjukkan dengan adanya dimensi kolom yang besar yang memanjang ke atas
hingga lantai terakhir dari gedung graha ini. Plat lantai di lantai di lantai
atas ditopang oleh balok-balok yang yang saling mengikat dan terikat pada kolom
utama yang berdimensi cukup besar tadi. Konstruksinya menggunakan konstruksi
beton dan batu bata. Untuk pondasi dari
gedung Graha 10 Nopember ini dengan melihat besar dan ketinggian bangunan kami coba memperkirakan bahwa pondasi
bangunan menggunakan pondasi yang biasanya digunakan untuk bangunan tinggi
yaitu pondasi tiang pancang(pile).
Dok. Pribadi |
Kesimpulannya adalah
struktur dari dinding dari gedung grha 10 nopemper ini dibangun dengan
konstruksi batu bata dan beton dengan menggunakan struktur post and beam.
Daftar Pustaka
Konstruksi dan Struktur Bangunan, F.D.K Ching
Google.com.
Tanggal akses 2 November 2012, 13.53
Dosen Pembimbing
Senin, 12 November 2012
0
Pensejajaran Bangunan Pada Iklim
yang Berbeda
Berdasarkan uaraian
diatas, maka bisa dilihat bahwa tujuan dari perencanaan dan perancangan suatu
bangunan memiliki hasil yang berbeda. Khususnya pada bangunan yang dibuat.
Dibawah ini akan diberikan ilustrasi tentang respon bangunan yang berdiri di
negara dua musim dan negara dengan empat musim :
Catatatan Kuliah Iklim Dan Arsitektur. Penerbit ITB. Bandung |
Secara pemaparan dapat
dibuat tabel seperti berikut, dimana traditional building mewakili bangunan
yang banyak didirikan pada negara dua musim dan modern building adalah bangunan
yang banyak dibangun di negeri empat musim :
1. Building Materials
Traditional
House
Modern Building
Dengan konstruksi yang ringan kapasitas termal cukup
memberikan sedikit kehangatan dan mengurangi dingin pada malam hari.
Ruang atap pada rumah tradisional Malaysia adalah sarana
ventilasi pada struktur atap.
|
Ruang atap pada rumah adalah penahan aliran udara dan
memerlukan ventilasi lain.
|
2. Lay Out
Traditional House
Modern Building
Rumah di tata secara acak. Kondisi ini memungkinkan adanya
sirkulasi udara yang tidak akan terbagi secara kuat.
|
Tertata berjajar, membentuk blok-blok, menciptakan aliran
udara yang deras dan tidak merata.
|
Traditional
House
Modern Building
Bukaan dibuat langsung memudahkan aliran udara dan
merupakan ventilasi silang yang bagus.
|
Rumah modern merupakan ruang-ruang yang rumit dan memiliki
sekat-sekat antar ruang sehingga menahan aliran udara dan menghambat
ventilasi silang pada rumah.
|
3. Vegetasi
Traditional House
Modern Building
Menggunakan pohon kelapa dan pohon tinggi lain memiliki
naungan yang baik dan tidak menghambat gerakan angin pada ketinggian rumah.
|
Menghalangi gerakan angin pada ketinggian rumah setelah
membagi kekuatannya.
|
4. Overhangs and Exposed Vertical Areas
Traditional House
Modern
Building
Penghalang lebih besar dan bukaan vertikal kecil
|
Sinar matahari dapat menembus secara langsung
|
5. Glare (Silau)
Traditional
House
Modern Building
Silau terkendali oleh tutup atap yang besar
|
Silau dari pantulan area yang keras dan dinding luar rumah
lain menyebabkan ketidaknyamanan
|
Dan berikut ini akan
ditampilkan beberapa contoh nyata dari bangunan yang telah dibangun dan
digunakan pada negara dengan jumlah musim yang berbeda :
1. Bangunan 4 Musim
Cast Glass Centerpiece, Lousiana
Tampak Bangunan
Tampak bangunan
memiliki orientasi ke arah datangnya sinar matahari sebagai upaya untuk
menangkap panas ke dalam ruang. Oleh karena itu, banyak bangunan di wilayah
subtropis yang menggunakan kaca sebagai material dindingnya.
·
Menggunakan
material kaca sebagai penutup dinding pada fasade bangunan
·
Entrance bangunan menggunakan material kaca sebagai penutup
dinding pada fasade bangunan
·
Penutup atap
pada teras dengan pandangan ke arah sungai Mississipi
·
Jendela pada
bagian atas bangunan berfungsi sebagai pencahayaan alami untuk exhibition gallery
·
Sistem kontrol
jendela untuk memanfaatkan pencahayaan alami ke dalam bangunan
Interior Bangunan
Interior lobby
utama menggunakan material kaca sebagai elemen penutup dinding untuk
memanfaatkan pencahayaan alami, pemanasan kalor matahari dan pandangan keluar.
Tidak ada area terbuka agar udara dingin dari luar tidak masuk ke dalam
ruangan.
2. Bangunan 2
Musim
Kampus UG,
Depok-Jakarta
Tampak Bangunan
Bangunan
memiliki orientasi ke arah selatan untuk menghindari arah timur dan barat yang
memiliki intensitas sinar matahari yang tinggi.
Banyak bukaan
dan dilengkapi dengan kanopi (sosoran) untuk menghalang silau sinar matahari
yang datang.
Interior Bangunan
Dominasi
penggunaan material alami, seperti kayu dan batu alam.
Terdapat
lubang-lubang sirkulasi udara di bagian atas dinding
Terdapat
ruang-ruang terbuka berupa taman dan kolam ikan
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas yang menjelaskan tentang unsur-unsur yang mempengaruhi
iklim (suhu, kelembaban udara, angin) maka terbentuklah perbedaan iklim di berbagai
wilayah di bumi ini yang didasari oleh beberapa faktor seperti letaknya
terhadap garis lintang (iklim makro) ataupun terhadap keadaan lingkungan
sekitar (iklim mikro). Dari perbedaan tersebut, maka sudah sepantasnya dalam
perencanaan dan perancangan bangunan di wilayah tersebut haruslah memiliki
dasar yang kuat seperti aspek kenyamanan thermal (interior, eksterior, dan
selubung bangunan. Sehingga akhirnya, bangunan itu dapat memberikan kenyamanan
yang maksimal bagi penghuni atau pengguna didalamnya tanpa menjauhkan diri dari
iklim yang melingkupinya.
Daftar Pustaka
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/02/iklim-dan-pengaruhnya-terhadap.html (07/10/2012 -
20.16)
Gorbina
Kartika Dewi .Tugas Individu Sains Arsitektur : 5 Objek Bangunan
Arsitektur Tropis.UPN Veteran Jawa Timur.2009 (07/10/2012—22.34)
Anggraeni Dyah S, ST. Jurnal Analisa Morfologi Bangunan
Sub Tropis. Universitas Budi Luhur. (07/10/2012-22.57)
W, Surjamanto. Catatatan Kuliah Iklim Dan Arsitektur.
Penerbit ITB. Bandung, 2000.
Minggu, 11 November 2012
0
CANDI BAJANG RATU
TROWULAN - MOJOKERTO - JAWA TIMUR
PROFIL
•Berada
di Desa
Temon,Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia
•Diperkirakan
dibangun pada abad ke-14
•"Bajang
Ratu" dalam bahasa Jawa berarti
raja / bangsawan yang kecil / kerdil /cacat
•Salah
satu gapura besar pada
zaman keemasan Majapahit.
•Menurut
catatan Badan Pelestarian
Peninggalan Purbakala Mojokerto,
candi / gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci
•Candi
ini selesai diresmikan pada
tahun 1992 oleh Dirjen KebudayanDepartemen pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Struktur Bangunan
Struktur Candi Bajang Ratu menggunakan struktur post and lintel.
Dimana balok batu masif
bertumpu pada kolom batu yang relatif tebal
Mengutip dari buku Drs I.G. Bagus L Arnawa
"dari bentuknya gapura atau
candi ini merupakan bangunan pintu gerbang tipe "paduraksa" (gapura
beratap)
"
Dibangun dari batu bata merah yang direkatkan satu sama lainnya dengan sistem gosok, kecuali
pada ambang pintu dan anak tangga terbuat dari batu andesit. Berdiri di ketinggian 41,49 m dpl
dengan orientasi mengarah timur
laut-tenggara. Denah candi berbetuk
segiempat, berukuran ± 11,5
(panjang) x
10,5 meter (lebar), tinggi 16,5 meter, lorong pintu masuk
lebar ± 1,4 meter.
Secara vertikal bangunan ini mempunyai 3 bagian: kaki, tubuh, dan atap
Mempunyai
semacam sayap dan pagar tembok di kedua sisi.
Kaki gapura sepanjang 2,48 meter.
Pada masing-masing
sisi yang mengapit anak tangga terdapat hiasan singa dan binatang bertelinga
panjang. Pada dinding kaki
candi, mengapit tangga, terdapat relief Sri Tanjung, sedangkan di kiri
dan
kanan dinding bagian depan, mengapit pintu, terdapat relief Ramayana.
Untuk menghindari kerusakan yang lebih parah pada tahun
1890 dipasanglah balok-balok kayu sebagai penyangga sementara langit-langit
yang begitu berat. Karena balok-balok ini kemudian menjadi rusak dan keropos
maka kemudian digantilah tiang-tiang penyangga tersebut dari besi
Beberapa bata penyusun candi yang telah hancur diganti
dengan yang baru.
Bata asli zaman
Majapahit memiliki tekstur lebih kasar. Batu purbakala ini ternyata
lebih kuat
dibandingkan batu modern.
RELIEF
Hiasan pada panel
pertama (secara samar-samar) berupa dua orang berdiri dikelilingi oleh
sulur-sulur diduga merupakan penggambaran seorang pria dan wanita (Sidapaksa
dan Sri Tanjung)
Panel kedua terdapat penggambaran ikan yang pada bagian atasnya
terdapat hiasan menyerupai bonggol rumput di tengah riak air. Ada yang
beranggapan relief tersebut adalah hewan kalajengking yang berkaki enam dengan
sengatnya (namun, penelusuran Tim Wacana Nusantara akan mitologi Hindu
khususnya, hewan kalajengking tidak terdapat dalam mitologi Hindu)
Pada panel ketiga
digambarkan seorang wanita mengendarai ikan yang dipahatkan serupa dengan
relief sebelumnya (panel kedua) Relief pada panel
keempat menggambarkan seorang wanita dengan posisi menoleh ke belakang, sumber
yang kami dapatkan memberikan penjelasan bahwa pahatan pada relief ini adalah
bagian dimana Sri Tanjung setelah sampai ke alam baka.
Pada sayap gapura
terdapat penampil berhiaskan relief fragmen Ramayana, menggambarkan dua orang
yang sedang berkelahi. Salah seorang di antaranya menderita kekalahan badannya
diinjak oleh musuhnya yang berbentuk seekor kera. Pihak yang kalah berbadan
besar dan berkepala raksasa.
Bingkai di kiri-kanan pintu masuk berdiri pahatan berupa binatang
bertelinga panjang dengan ekor berbentuk sulur gulung naik ke atas.
Di atas lantai dipahatkan sepasang umpak dengan dua buah
lubang bekas
engsel pintu yang daun pintunya membuka ke dalam.
Bagian dalam atap candi juga terbuat dari balok batu yang disusun
membujur
utara-selatan, membentuk ruang yang menyempit di bagian atas.
Atap candi
berbentuk meru (gunung), mirip limas bersusun, dengan puncak
persegi.
Setiap lapisan
dihiasi dengan ukiran dengan pola limas terbalik dan pola tanaman.
Pada bagian
tengah lapis ke-3 terdapat relief matahari, yang konon merupakan
simbol
kerajaan Majapahit
Daftar Pustaka